Ceritaku yang ini belum sempat kukirim ke situs cerita 17Tahun yaitu
tentang kejadian gay sex dengan seorang cowok imut yang masih duduk di
bangku SMA. Namanya sebut saja Rudi. Aku bertemu dengannya saat
mengunjungi rental VCD yang letaknya tidak jauh rumahku, kira-kira satu
bloklah dari sini. Ia bekerja di sana dan bertugas melayani siapa saja
yang ingin menyewa VCD. Wajah Rudi halus imut ganteng khas ABG dengan
rambut dipotong pendek dan disisir ke atas yang menbuatnya makin 'cute'
menggemaskan. Perawakannya jangkung dengan bentuk badan yang
proporsional. Ia sangat ramah dan cekatan dalam melayani penyewa VCD
yang membuatku semakin simpati dan menyukainya. Biasanya aku tidak
pernah mendekati yang namanya ABG tapi entah kenapa kali ini beda.
Naluriku terus mendesak-desak agar aku lebih mendekati Rudi.
Suatu
sore aku ke sana dan bermaksud menyewa VCD. Kebetulan sekali keadaan
lagi sepi. Cuma aku dan dia yang ada di rental hingga aku mulai berani
mencoba 'keberuntunganku'.
"Rud, ada VCD yang XX nggak?" Iseng-iseng aku mulai bertanya pada Rudi sambil memikirkan siasat yang akan kugunakan.
"Oh..
Ada Mas.. Mau ya? Itu nggak dipajang. Nih.". Rudi mulai senyam-senyum
mendengar kalau aku mau VCD porno. Ia membuka sebuah laci di lemari yang
ada dibelakangnya lalu mengambil dan memberiku sebuah VCD XX.
"Apa cuman satu macam yang ini aja?" tanyaku setelah melihat kalau yang disodorkan Rudi adalah VCD XX cowok vs. cewek.
"Banyak
macam kok Mas, ada yang main sama binatang, ada yang sama anak kecil
dan juga ada yang sesama cowok. Mas maunya yang mana?" jawab Rudi sambil
tersenyum simpul.
"Semuanya deh.. Pokoknya yang asyik deh", aku menjawab sekenanya sambil mataku tidak lepas mengikuti gerak-gerik Rudi.
Rudi menggangguk lalu dari lemari tadi ia mengeluarkan satu dus kecil yang disodorkan padaku.
"Nih.. Mas pilih aja sendiri ya?"
"Wah..
Mas bingung nih mau pilih yang mana. Mana sih yang bagus?" Aku
pura-pura bego padahal di rumahku yang namanya VCD porno jumlahnya
berjibun, terutama VCD gaysex.
"Masak sih Mas nggak tahu, Gimana
kalau yang ini?" Rudi berkata sambil tangannya cekatan mengambil
masing-masing jenis VCD porno yang disebutnya tadi.
"Apa enak ya?" Aku masih pura-pura bego.
"Ya jelaslah", kata Rudi sambil tersenyum simpul mungkin dalam hatinya sedang menertawakanku.
"Wah.. ketahuan nih kamu sering nonton ya? Kok tampaknya ahli banget.". Aku tertawa kecil sambil menggoda Rudi.
Rudi tersipu malu sambil cengengesan yang membuatku serasa ingin mencubit pipinya yang menggemaskan itu.
"Ngomong-ngomong umurmu berapa sih", tanyaku ingin tahu.
"Em.. 16 tahun Mas..", kata Rudi sambil memasukkan kembali dus kecil yang berisi kumpulan VCD porno pada tempat semula.
"Waah.. Masih 16 tahun kok sudah nonton gituan?" aku makin menggoda Rudi.
"Ah.. Mas ini kuno. Zaman sekarang ini masih SD pun sudah nonton yang gituan kok", jawab Rudi tak mau kalah.
"Iya deh.. Iya.. Terus kamu nontonnya di sini ya?" Aku terus menginterogasi Rudi.
"Iya
Mas. Cuman kesempatannya jarang kudapatkan karena pemilik rental ini
adalah familiku sendiri. Takut akan diadukan pada orang tuaku yang masih
kolot jika ketahuan. Aku nontonnya saat mereka bepergian". Rudi mulai
bercerita banyak padaku.
"Jadi ini bukan rumahmu ya? Kalau begitu kamu tinggal di mana?" Di pikiranku mulai ada ide untuk berdekatan dengan Rudi.
"Kalau
aku tinggalnya di daerah S, Bersama orang tuaku Mas. Yah.. nggak begitu
jauh dari sinilah". Rudi menyebutkan daerah tempat tinggalnya.
"Kalau Mas tinggalnya di dekat-dekat sini saja, tepatnya di blok.. Nomor.". Aku menyebutkan alamat rumahku.
"Ooh, jadi Mas tinggal di sana rupanya ya?" Rudi manggut-manggut mendengar 'pengumunan' dariku.
"Kalau
kamu mau nonton boleh kok di rumah Mas. Kebetulan Mas tinggal sendirian
aja". Aku mulai menggelar rencanaku. Mata Rudi sejenak kelihatan agak
berbinar saat mendengar penawaranku.
"Benar nih Mas. Kalau gitu kapan boleh ke sana?" Rudi kelihatannya sangat senang sekali.
"Kapan-kapan
aja boleh kok. Yang ini akan Mas tonton nanti malam. Kalau Rudi mau
boleh ke sana nanti", kataku sambil melihat VCD yang ada di tanganku.
"Wah..
sayang Mas, aku nggak bisa. Soalnya harus pulang rumah begitu rental
tutup, kalau nggak nanti diinterogasi macam-macam di rumah. Kalau Minggu
siang boleh Mas?" kata Rudi penuh harap.
"OK.. Deal, Mas juga nggak
ke mana-mana kok. Semua berapa ya?" kataku sambil menanyakan harga sewa
VCD yang ada ditanganku setelah kulihat ada penyewa lain yang masuk.
"15 ribu, Mas. Jangan lupa ya, Mas?" kata Rudi sambil menerima uang pembayaran dariku.
Aku
cuma menggangguk kecil lalu beranjak pulang. Kulihat ada beberapa
pengunjung lagi yang datang dan Rudi sudah mulai sibuk melayani mereka.
Hari
minggu yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba. Aku mulai mengadakan
persiapan untuk 'menyambut' Rudi. Aku sedikit merapikan rumah juga pintu
pagar depan sengaja kubuka setengah biar Rudi gampang masuknya nanti.
Sambil harap-harap cemas aku mulai menunggu.
Ting.. tong.. Bel
rumahku akhirnya berbunyi saat jam di dinding rumahku menunjukkan angka 2
lewat 15 menit. Saat kubuka pintunya rupanya Rudi yang datang dengan
berpakaian pebasket. Kelihatannya sangat 'cute' dan seksi. Aroma
keringat khas ABG yang terpancar dari tubuh Rudi terasa menggelitik
pusat gairahku.
"Wah.. dari mana kamu?" aku agak terheran melihat penampilan Rudi.
"Ini Mas. Dari tempat latihan Basket. Aku kan ikut klub basket di sekolahku". Rudi agak tersipu.
"Ooh..
Yuk.. Masuk.. Jangan malu-malu ya.. Anggap aja rumah sendiri". Aku
mempersilahkan Rudi masuk. Rupanya Rudi rajin latihan Basket hingga
pantas saja memiliki tubuh yang proporsional.
"Sudah makan?" Aku agak berbasa-basi.
"Sudah Mas", kata Rudi sambil duduk di sofa ruang tamu.
"Wah.. kamu latihan juga ya di hari minggu?" kataku sambil beranjak ke dapur untuk mengambilkan minuman buat Rudi.
"Ya nih Mas. Tiap minggu aku memang latihan sampai sore kok", jawab Rudi sambil matanya menyapu seluruh ruangan rumah.
"Lho.. sekarang kan belum sore?" kataku sambil sibuk mengaduk limun dan mencampurnya dengan es.
"Ooh,
iya Mas, aku sengaja pulang cepat Mas, khusus buat ke sini". Agak
tersipu Rudi menjawab saat aku meletakkan gelas limun di depannya.
"Jujur amat nih anak", batinku geli melihat kepolosan Rudi.
"Sudah nggak sabaran nih.". Aku tersenyum menggoda hingga Rudi tersipu cengengesan.
"Nonton
aja di kamar Mas ya? Biar aman. Tapi Minum dulu dong, biar segar",
kataku saat kulihat Rudi belum menyentuh minuman yang kusuguhkan.
"Ooh. iya. Minum Mas."..Kesopanan Rudi membuatku makin sayang dan simpati padanya.
"Yuk.". kataku sambil beranjak memasuki kamarku setelah Rudi selesai menikmati minumannya.
Rudi
mengikutiku masuk dan dengan agak canggung duduk di tepian ranjangku
menghadap layar TV".Nggak apa-apa ya duduk di sana? Atau kamu mau kalau
Mas ambilkan kursi?".
"Nggak apa-apa kok Mas", jawab Rudi sambil tersenyum.
"Tuh..
pilih aja kamu mau nonton yang mana? Kebetulan yang Mas sewa kemaren
belum dikembalikan", kataku sambil menyodorkan VCD yang kusewa dari
rental yang dijaga Rudi.
"Terserah Mas aja deh", jawab Rudi sambil matanya tidak lepas dari layar TV yang masih blank.
"Bener
nih terserah Mas", kataku sambil membolak-balik kepingan VCD yang ada
ditanganku yang disambut Rudi dengan anggukan kepala. (kepala atas lho,
bukan yang bawah:)).
"Kalau gitu yang ini aja ya? Cuman tinggal ini yang belum sempat Mas tonton", kataku sambil memperlihatkan VCD gay sex ke Rudi.
"Nggak apa-apa Mas. Rudi OK-OK aja kok", jawab Rudi tenang.
"Emangnya kamu sering lihat jenis yang ini ya?" tanyaku ingin tahu.
"Erm..
Pernah Mas. Iseng-iseng aja. Emangnya Mas nggak pernah?" Sejenak Rudi
agak ragu menjawab pertanyaanku. Aku hanya tersenyum saja tidak
menanggapi pertanyaan Rudi.
Setelah itu aku langsung memasukkan
kepingan VCD ke playernya. Beberapa saat kemudian diawali dengan house
music yang menghentak layar kaca mulai menayangkan beberapa cowok bule
yang lagi kumpul. Lalu diteruskan dengan adegan buka-bukaan dan aksi
saling cium dan lumat selama beberapa saat. Setelah itu pesta seks
dimulai dengan musik menghentak disertai desahan nikmat cowok bule yang
lagi asyik bergay-sex ria. Atmosfer kamarku yang sengaja kubuat agak
redup seolah-olah bersatu dengan setiap adegan yang terpampang yang
membuatku mau tidak mau mulai horny.
Kulihat Rudi dengan serius
menonton setiap adegan yang terpampang dan tonjolan di celananya
kelihatan mulai membesar. Kondisi Rudi membuat gairahku makin tersulut
yang dengan keras aku tekan.
"Wah.. Nggak nyangka asyik juga ya
Rud.". Aku bersikap seolah baru pertama kali menyaksikan adegan syur
jenis itu. Rudi hanya menggangguk sambil pandangan matanya tidak lepas
dari layar kaca.
Beberapa saat kemudian kulihat Rudi mulai
menggosok-gosok tonjolan celananya. Sepertinya ia benar-benar terbakar
oleh jeritan-jeritan nikmat aktor bule yang terus beraksi. Aksi Rudi
membuatku kehilangan kendali hingga aku mulai mendekatinya.
"Kamu.. apa pernah mencoba yang seperti itu Rud?" Suaraku makin parau akibat nafsu yang melilit.
Rudi
menggeleng sambil matanya sayu memandangku. Dengan berani aku mendekati
Rudi lalu jongkok di depannya dan mulai melorotkan celananya. Mulanya
Rudi sepertinya ingin menolak tapi entah kenapa tidak jadi hingga ia
akhirnya pasrah saja saat celana berikut CDnya kupelorot turun. Kontol
Rudi yang berbulu jarang tegak berdenyut-denyut begitu terbebas dari
kungkungan celananya. Bau yang khas seketika menerpa hidungku membuat
aku makin menggila.
Kontol Rudi belum matang benar namun harus
aku akui kalau ukurannya termasuk besar untuk anak seusianya. Aku segera
'to the point' menjilati kepala kontol Rudi yang membuat Rudi mulai
mendesah pelan lalu.. Hap.. Kontol Rudi segera kumasukkan ke dalam
mulutku sambil kuhisap kuat dan sesekali kuselingi dengan jilatan di
lobang kontolnya. Aksiku membuat Rudi memejamkan matanya dengan desahan
yang makin kuat. Refleks tangan Rudi mulai mengacak-acak rambutku saat
aku mulai memaju-mundurkan kepalaku. Hanya sebentar aku beraksi dan
kurasakan kalau Rudi mulai mengejang tanda kalau ia akan klimaks. Dan..
crott.. crott.. Rudi klimaks sambil menembak beberapa kali di dalam
mulutku. Aku menghisap sari kenikmatan yang dikeluarkan Rudi sampai
ludes tidak bersisa.
"Enak.. Rud?" tanyaku dengan nafas yang agak menderu. Rudi hanya diam saja sambil memejamkan matanya.
Setelah
itu aku menggeser agak menjauh. Aku membuka seluruh pakaianku dan mulai
mengocok kontolku dengan gencarnya. Aku memilih onani karena agak ragu
dan nggak tega jika harus menyuruh Rudi mengoralku. Sambil berfantasi
seolah-olah sedang gaysex dengan Rudi aku terus mengocok kontolku sambil
memilin-milin puting plus mengelus dadaku sendiri. Aku memejamkan
mataku tenggelam dalam fantasiku sambil mendesah-desah nikmat.
Suara-suara jeritan nikmat bule yang keluar dari stereo set makin
menambah suasana. Saat selangkanganku mulai timbul tanda-tanda akan
klimaks, tiba-tiba aku merasa kalau ada yang menyentuh tanganku. Saat
kubuka mataku rupanya Rudi sudah ada di depanku dengan mata yang lekat
memandang kontolku.
"Kenapa Rud.". tanyaku parau sambil terus mengocok kontolku.
"Rudi mau Mas, mau coba melakukan yang seperti Mas tadi.. Ajarkan Mas."..Rudi semakin mendekatiku.
"Kalau gitu coba hisap punya Mas."., kataku sambil ngangkang hingga kontolku mencuat bebas siap kulum.
Rudi segera menggenggam batang kontolku dan seperti menemukan mainan baru Rudi mengamati dan mengocok-ngocok kontolku.
"Besar
sekali punya Mas.". kata Rudi sambil mulai mendekatkan mulutnya ke
kontolku. Agak canggung Rudi mulai menghisap-hisap sambil terus mengocok
batang kontolku meniru adegan blue film.
"Yess.. terus Rud.. lebih
kuat lagi hisapannya.. ya.. kuat lagi.". aku terus memberi petunjuk.
Mungkin karena belum pengalaman, hisapan Rudi masih canggung namun
terasa cukup nikmat.
"Jilat Rud.. Jilat dengan lidahmu di dalam
mulut.. Yess.. Hisap lagi.". Petunjukku segera dilaksanakan Rudi yang
tampaknya cukup cerdas dan cepat 'menyerap' pelajaran dariku. Tak lama
kemudian aku mulai merasa mau nembak.
"Mas mau nembak Rud.. Telan mani Mas ya..?" Aku segera memberi tahu Rudi karena aku tidak bermaksud menahan klimaksku.
Mendengar
itu Rudi segera mengeluarkan kontolku dari mulutnya sambil tangannya
terus mengocok gencar, mungkin ia takut juga jika harus menelan maniku.
Aku makin mengejang dan crott.. crrot.. Tembakanku mengenai wajah Rudi
dan sebagiannya jatuh menetes membasahi kaos basket Rudi.
Ronde
pertama usai sudah dan dilanjutkan dengan ronde kedua yang segera mulai.
Saat itu wajah Rudi yang berlepotan mani terlihat sangat menggemaskan.
Aku segera menjilati dan menciumi wajah Rudi membersihkannya dari mani.
Aku sengaja tidak menelannya semua.
"Sini.. Mas ajarin cara minum mani.". aku agak cadel karena mulutku yang penuh mani.
"Nggak Mas.. Jijik ah.". Rudi kelihatan agak takut dan enggan.
Aku
diam saja sambil menanggalkan kaos Rudi. Aku lalu mulai mengelus dada
Rudi sambil memilin-milin putingnya. Tidak lupa tanganku bergerilya
merangsang di selangkangan Rudi. Puting Rudi rupanya sangat sensitif
hingga beberapa saat kemudian ia mulai pasrah dengan kontol yang
menegang. Aku mendekatkan wajahku lalu memagut bibir bawah Rudi. Setelah
merasakan kalau Rudi menikmatinya aku lalu mengulum bibirnya sambil
lidahku mulai mentransfer mani yang ada di dalam mulutku. Rudi yang
sudah terbakar nafsu tampaknya sudah tidak jijik lagi dan terus membalas
ciumanku yang berbumbukan mani asoy. Aku baru menghentikan ciumanku
saat mani yang ada di mulutku sudah tidak bersisa.
Rudi agak
terengah-engah dengan nafsu yang masih menggebu-gebu. Aku segera
membopongnya ke ranjang. Rudi terbaring pasrah dengan mata sayunya yang
lekat memandangku. Aku mulai mengulum kantong kontol Rudi untuk yang
kedua kalinya sambil mengocok batangnya. Rudi merem-melek sambil
mendesah kecil menikmati aksiku. Aksiku dilanjutkan dengan mengulum
kepala kontol Rudi sambil menjilati lobangnya.
"Akh.. enak Mas.. akh.".
Lepas kontrol Rudi mulai meracau saat aku memajumundurkan kepalaku sambil menghisap kuat kontolnya.
Dan..
crott.. crott.. Rudi akhirnya menembak sambil kakinya
mengejang-ngejang, lalu terdiam sambil memejamkan matanya. Aku menelan
habis maninya. Lalu aku jongkok ngankang dengan bertumpukan lututku di
atas perut Rud sambil mengocok kontolku dengan keras, kuat dan cepat.
Rasa di batang kontolku masih ngilu-ngilu nikmat karena baru sebentar
tadi aku klimaks. Kocokan kulanjutkan hingga.. crott.. crott.. aku
klimaks kedua kalinya sambil mengarahkan tembakanku ke perut Rudi.
Selelai menembak aku mulai menjilati perut Rudi hingga ia menggelinjang
geli dan aku juga menelan semua mani yang berceceran sampai ludes dan
puas.
Sejenak kupandangi Rudi masih diam berbaring dengan mata
yang terpejam. Aku bangkit dan mengenakan pakaianku kembali. Kupungut
kaos basket Rudi yang tadi sempat terkena semprotan mani. Setelah kucium
sebentar kaos itu kubawa ke belakang dan kumasukkan ke mesin cuci
otomatis yang biasa kugunakan. Setelah setel sana-sini sambil memasukkan
sesendok detergen aku lalu kembali ke kamarku menemui Rudi.
Sesampainya
disana kulihat Rudi sedang duduk diam di tepian ranjang. Ia sudah
mengenakan kembali celananya. Kelihatannya dia agak melamun. Saat itu
kamarku sunyi sama sekali karena film blue tadi sudah 'the end'.
"Marah ya sama Mas..", kataku lembut sambil duduk disebelah Rudi. Rudi menggeleng pelan tanpa bersuara.
"Maafin Mas ya.". Aku merangkul lembut bahu Rudi.
"Rudi
nggak marah kok sama Mas.". Akhirnya Rudi berkata pelan sambil
menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan maknanya. Aku tersenyum
sambil menepuk-nepuk lembut punggung Rudi.
"Rudi mau pulang dulu ya Mas", kata Rudi sambil bangkit.
"OK, tapi tunggu sampai kaosmu selesai dicuci ya". Aku tidak mau menghalangi niat Rudi.
Aku
lalu mengajak Rudi ke dapur dan kusediakan makanan kecil untuknya. Aku
kemudian mengeluarkan kaos Rudi dari mesin cuci. Kaosnya masih agak
lembab namun sudah bisa dipakai. Rudi pamit pulang setelah megenakan
kaosnya kembali. Baru kusadari kalau Rudi ternyata anak yang berkarakter
kuat hingga aku sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada
dipikirannya saat itu.
Saat aku bertemu lagi dengannya di rental
ia masih ceria dan ramah seperti dulu namun ia sama sekali tidak
mengungkit-ngungkit peristiwa yang terjadi di rumahku. Sikapnya
seolah-olah tidak terjadi apa-apa diantara kami hingga walaupun agak
penasaran aku juga ikutan bersikap biasa-biasa saja.
*****
Baru saja habis ceritaku, Deni sudah mendekat dengan nafas yang memberat.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar